Hari
ini dunia sedang disibukkan dengan wabah pandemik Corona Virus Desease 2019
(COVID-19). Menurut Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia dalam
keterangan pers tanggal 24 Maret 2020 menerangkan bahwa COVID-19 telah menyebar
ke 189 negara. Tiga negara yang baru terpapar yaitu Suriah, Grenada dan
Mozambik.
Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk 267 juta (SUPAS, 2015). Negara ini juga
menjadi korban dari penyebaran COVID-19. Terbukti hingga 7 April 2020 sebanyak 221 orang telah meniggal dunia, 2738
dinyatakan positif dan 204 orang dinyatakan sembuh oleh protokol kesehatan
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik Indonesia). Pemerintah berupaya
keras dengan cara bergotong royong untuk mencegah dan mengurangi penyebaran
virus ini. Seperti melakukan himbauan untuk menjaga jarak (physical distance),
bekerja dari rumah, hingga #dirumahaja.
Kebijakan
pemerintah menjaga jarak (physical distance) menimbulkan pro-kontra
diberbagai kalangan. Secara umum, ekonomi lumpuh dan melemah. Pedagang kali
lima yang biasanya berjualan kini merosot pendapatan harinnya. Pekerja buruh
dan karyawan terancam tidak memiliki pemasukan. Para Ojol (Ojek Online) juga
sulit mendapatkan pelanggan karena sebagian orang mengurangi untuk berpergian
keluar rumah. Pariwisata, tempat hiburan dan hotel-hotel sebagian tutup.
Masalah ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Akhirnya
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan; keringanan biaya listrik,
keringanan kredit, himbauan untuk tidak mudik, hingga gelontorkan anggaran Rp
405,1 Triliun untuk memenuhi kebutuhan di tengah wabah COVID-19. Dibidang
Pendidikan pembelajaran dilakukan secara mandiri dirumah dan atau via online,
sebagian yang lain memilih untuk meliburkan diri. Hal ini disesuaikan dengan
fasilitas yang ada di Lembaga atau Instransi tersebut. Dibidang agama warga dihimbau
untuk melakukan ibadah dirumah masing-masing, sehingga dibeberapa tempat ibadah
terlihat kosong. Disamping itu, wabah COVID-19 memberikan peradaban baru di
masyarakat.
Kesempatan
untuk berkumpul dengan keluarga menjadi sebuah primadona. Wabah COVID-19
menjadikan setiap orang untuk banyak dirumah melakukan berbagai kegiatan
dirumah, ibadah, olahraga, belajar dan bekerja. Selama ini, sebagian orang
disibukkan dengan berbagai pekerjaan, kegiatan diluar sehingga waktu untuk
bersama keluarga menjadi sedikit. Transformasi 4.0 menjadi langkah awal
penerapannya di negara ini. Banyak hubungan sosial yang dilakukan secara online
via WhatApps, Zoom Meeting, Instagram, Line, Facebook dan berbagai media
lainnya. Tentunya ini berefek positif yang menjadikan semua lebih mudah dan
efisien. Tidak hanya manusianya, alampun juga ikut berbahagia ketika wadah
COVID-19 tersebar. Hal ini terbukti ketika langit di Jakarta bersih dan bebas
polusi karena kurangnya kendaraaan pribadi dan umum yang beroprasi. Efek yang
dirasakan tersebut, menjadikan COVID-19
ini sesuatu yang harus diketahui dan diwaspadai.
Coronavirus
(CoV) adalah keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV (Severe Acute Pespiratory
Syndrome) ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS-CoV (Middle East Respiratory Shyndrome) dari unta ke
manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum
terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi muncul 2 hari hingga 14 hari setelah
paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan
kematian.