Para era modren
sekarang ini, kehidupan dihadapkan dengan sistem teknologi yang semakin canggih. Penggunaan teknologi ini
didorong oleh keinginan yang serba cepat dan praktis. Hal ini mengakibatkan
kalangan tertentu diuntungkan dengan kesempatan ini. Sementara dikalangan lain
tanpa disadari telah dirugikan. Betapa tidak, menurut lembaga riset pasar e-Marketer tahun 2014 bahwa populasi netter di Indonesia mencapai 83,7 juta
orang. Jika setiap bulan satu kali menggakses internet maka Indonesia menduduki
peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet. Jumlah ini
meningkat pada tahun 2017 menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) yang bekerjasama dengan Teknopreneur menyebutkan bahwa
penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat 143,26 juta atau 54,7 persen
dari total populasi republik ini. Hal ini menunjukkan penggunaan media internet
sangat banyak dengan berbagai program dan aplikasi yang digunakan.
Generasi Millenial
merupakan kumpulan anak-anak muda yang produktif dan mahir dengan media sosial.
Millenial atau generasi Y adalah kelompok demografi setelah generasi X (Gen-X)
yang diperkirakan oleh para ahli lahir 1980-an sampai awal 2000-an. Banyak
anak-anak muda yang berinovasi dan aktif dengan media online. Seperti halnya
pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan politik. Dalam bidang ekonomi misalnya,
pengguna jual beli online yang praktis yang capat. Sehingga dapat menghemat
tenaga dan waktu. Sosial budaya dan politik, bagi anak muda yang juga memiliki
sikap penduli aktif mengeksplore budaya daerah hingga internasional dan kritis
dalam menganggapi persoalan politik. Pendidikan menjadi pondasi utama untuk
generasi penerus bangsa ini. Kecanggihan teknologi saat ini sangat membantu
para pendidik dan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan secara efisien.
Mulai dari siswa sekolah dasar, SMP/Mts, SMA/MA sampai perguruan tinggi
mengunakan teknologi dan media sosial dalam hal pembelajaran. Sistem yang
canggih ini dan penggunaan Instalgram, WhatsApp, Twitter, Facebook dan
lain-lain memiliki banyak keuntungan bagi penggunanya akan tetapi juga banyak
kerugian. Lalu bagaimana peran pembelajar dalam hal ini mahasiswa menggunakan
media sosial ini.
Perundingan sebelum aksi dimulai
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia mahasiswa diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan
tinggi. Dalam struktur pendidikan mahasiswa menyandang status pendidikan
tertinggi dari yang lainnya. Tentunya mahasiswa memiliki peran dan fungsi yang
jelas dalam dunia pendidikan. Sebagai social
control, agent of change menjaga
nilai-nilai kemasyarakatan sudah menjadi peran dan tugas mahasiswa. Peran
mahasiswa sebagai social control di
era Millenials ini sangat mudah
dilakukan. Akan tetapi, apakah para mahasiswa sudah menggunakan peran tersebut
atau sibuk dan terlena dengan media sosial dengan fitur-fitur yang dihadirkan.
Banyak waktu dihabiskan bermain games sehingga melalaikan kewajiban belajar
atau sibuk chatting-an dengan orang lain. Dilain sisi, banyak keuntungan dari
media sosial yang dihadirkan. Peran mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan dan
aktif menyuarakan daya kritis sangat mudah dilakukan. Sehingga kebijakan dan
keputusan yang diambil oleh publik dapat berjalan dengan baik. Adapun peran mahasiswa
sebagai social control di era Millenial, diantaranya:
1.
Memiliki sikap kritis dan berintelektual
tinggi dalam menyikapi segala perkembangan dilingkungannya.
2.
Aktif menyuarakan aspirasi kepada
publik, jika tidak susuai atau bertentangan dengan kepentingan dan tujuan
bersama.
3.
Sabagai social contol mahasiswa harus berani menyampaikan kebenaran
terhadap kebijakan yang dihasilkan.
4.
Efisisensi penggunaan media sosial harus
dimaksimalkan.
5.
Tuntukan harus lebih produktif dan
memenajemen waktu menjadi prioritas utama sehingga dapat mencapai kesuksesan
yang nyata.
Usai Pelaksanaan Aksi